Merawat Komitmen Menulis dengan Blogging

 



Oleh : Heri Setiyono, S.Pd

Blog senyatanya telah menjadi wahana untuk berbagi, sharing ilmu dan jurnal harian. Beberapa memanfaatkan blog sebagai cara untuk menghasilkan uang tambahan dan adapula yang memanfaatkan blog sebagai pelarian.

Begitupun saya memanfaatkan menulis di blog sebagai pelarian atas tulisan saya yang kadang bersifat “aku banget” tanpa stilistika penulisan yang saklek. Ada banyak fungsi blog pada setiap pribadi, namun kesemuanya mengarahkan kepada menjaga komitmen menulis. Melalui tulisan ini sebauah refleksi dari kegiatan blogging adalah merawat dan melestarikan habit menulis.

Adalah Bapak Dedi Dwitagama dalam kulwap menulis bersama PGRi memberikan materi akan pentingnya “Komitmen menulis dan berkarya melalui Blog.” Bagaimana menurut beliau yang sudah mengenal blog dan melakukan aktivitas blogging semenjak 2005 ini simak ulasan berikut.

Sejak kapan mengenal Blog?

“Saya mengelola blog sejak 2005 di Blogger dan pada 2007 di wordpress.”

Begitulah ungkap beliau. Saya kemudian teringat dahulu ketika tahun 2005 saya masih di kelas dua SMA N 3 Magelang dan padasaat itu pelajaran TIK dengan guru Pak Djaka mengajarkan membangun sebuah web blog. Saya ingat bagaimana dari home kemudian ke halam selanjutnya dan begitulah. Sayangnya saya bukan siswa yang dekat dengan TIK karena memang tidak memiliki perangkat dan hanya bisa main Friendster di warnet.

Di tahun yang sama Raditya Dika dengan “Kambing Jantan-nya” demikian Booming dan di tahun 2008 saya baru tahu ketenaran Raditya Dika itu berawal dari Blog. Blog telah menjadi alat yang begitu luar biasa, dan kini berkembang menjadi demikian banyak nuansa dalam “Bloggosphere,”mulai dari blogtraveling hingga ulasan lifehack.

Pak Dedi Dwitagama telah lama mengelola Blog dan saya kemudia bertanya kepada diri sendiri, mengapa saya tidak sedari SMA menulis di Blog. Baru menulis di Blog di 2020, lima belas tahun setelah saya mengenal blog.

Bagaimana agar pengunjung banyak yang datang ke Blog-kita?

“Tulis banyak hal yang kira-kira dibutuhkan banyak orang, dan bermanfaat, gunakan tag yang sedang ramai dibicarakan.”

Menariknya meski telah lama dan ratusan artikel telah tersemat dalam Blog. Pak Dedi tidak memonetisasi Blog-nya. Bahkan chanel youtubenya pun tidak dimonetisasi. Padahal tidak hanya view tapi juga subscribernya luar biasa banyaknya.

“Saya tidak memonetisasi blog saya juga youtube karena saya fokus menjadi pendidik di sekolah. Saya tidak mencari uang di blog. Saya berjalan sesuai visi dan misi saya sendiri.”

Keren. Jikalau itu saya mungkin sudah saya monetisasi, maklum-lah penulis pemula ini masih bersifat industrialis, hehehe.

Dari idealisme tersebut ternyata mendatangkan rezeki yang lain. Pak Dedi Dwitagama sering diundang menjadi narasumber dalalm kegiatan kepenulisan. Tidak kurang dari seratusan kegiatan setiap  tahunnya beliau isi. Wow.

Berbicara mengenai Blog, lebih baik berbayar dengan membeli hosting atau gratisan?

“Blog berbayar jika satu tahun, anda tidak membayar iuran maka blog anda akan hilang dan terhapus dari jagad maya. Sedangkan kalauu gratis blog akan tayang terus walau sudah tidak diurus.”

Saya terkadang punya keinginan untuk membeli hosting untuk blok. Namun kemampuan dalam menulis yang masah saya rasa kurang, kemampuan lain pun dalam mengoptimasi blog juga masih awam saya masih suka memakai blog gratisan. Meskipun saya berusaha menghadirkan blog tersebut sebagaimana blog professional.

Lanjut beliau,

“Blog itu seperti rumah kita, majalah kita, mau diisi karya kita, karya teman, karya siapa saja bebas, suka-suka pemilik Blog. Yang  berat dari mengelola Blog adalah konsistensi dan komitmen blogging.”

Apakah menyediakan waktu khusus untuk menulis di Blog setiap harinya?

“Saya tidak mengkhususkan waktu secara terjadwal untuk menulis Blog. Blog seperti jurnal pribadi yang berisi dokumentasi pribadi untuk dibaca orang sedunia dan bisa dikomentasi pembaca.”

Dari Pak Dedi Dwitagama kita bisa mengambil makna bahwa menulis perlu wadah untuk  melestarikan konsistensi. Blog bisa mejadi alternative yang sangat membantu penulis dalam menabung tulisannya. Jurnalis pun sering menuliskan artikel yang tidak bisa dimuat di media massa yang memiliki beberapa pertimbangan khusus untuk pemuatannya. Melalui blog-lah hal itu bisa tersalurkan.

Dunia Blogging sekarang ini juga sudah merambah youtube yang telah melebihi televise. Dengan video blogging atau Vlog maka youutube menjadi kanal yang ramai dan trend. Munkin ke depan akan beralih ke media lain lagi seprti virtual blogging? Bisa saja, yang jelas menulis adalah meninggalkan jejak dan melalui media apapun semua dikonsep dan didasari dengan menulis. Sungguh keren dan mengagumkan kalian yang membaca dan menulis, dua kemampuan berbahasa yang lekat  menjadi budaya manusia.

Kadang saya berpikir apakah budaya menulis di masyarakat kita kurang karena adanya malas berbahasa yang didasari dari malas berpikir. Mungkin memang perlu kajian lebih lanjut, bagaimanapun juga konsistensi menulis harus dijaga karena itu teladan bagai segenap murid kita untuk menghidupkan menulis dalam dirinya.


Heri Setiyono, S.Pd, educator dan penulis pemula



0 Komentar