Oleh : Heri Setiyono,
S.Pd
Industri buku di pasar
global bertumbuh saat pandemic. Berdasarkan data Nielsen Bookscan ICM tercatat penjualan buku di global hingga akhir
pecan di bulan juli 2020 mengalami pertumbuhan.
Sebaliknya di dalam
negeri kelesuan mendera industry penerbitan. Diungkapkan ketum ikapi
Rosidayanti Rozalina, industry penrbitan nasional terdampak cukup keras dalam terpaan pandemi. Tutupnya
sejumlah toko buku, sekolah dan pengadaan buku oleh dinas dan perpuskaan
menjadikan penurunan tren.
Berdasarkan hasil
survey ikapi sebanyak 58,2% penerbit mengeluhkan penjualan yang turun lebih
dari 50 persen. Separuh penerbit juga menyebutkan merosotnya produktivitas
karyawan secara tajam dalam kondisi wfh saat ini. Bahkan sebanyak 60,2 persen
penerbit menyatakan bahwa mereka hanya sanggup menggaji karyawan selama tiga
bulan dan hanya 5 persen yang menyatakan sanggup bertahan sampai satu tahun.
Adapun penerbit buku
yang mengalami kenaikan penjualan salah satunya adalah penerbit Andi. Penerbit
andi offset masih bisa bertahan dan bertumbuh dan di tahun 2021 ini penerbit
andi akan membuka cabang representative (stokes) sebanyak 120 titik di kota dan
kabupaten di Indonesia.
Pertumbuhan penjualan
di kanal online disinyalir menjadi fenomena menarik pada masa peandemi.
Strategi untuk bertahan di industi penerbitan yang dilakukan penerbit andi
dipengaruuhi olehh banyak aspek dan
unik.
Penerbit andi offset
menerbitkan buku dengan kategori product tidak kurang dari 32 kategori.
(kategori buku anak hingga buku teks). Berdasarkan segmentasi jenis kategori
buku yan diterbitkan maka dapat dibuat
suatu pemetaan pemasaran. Strategi ini dipengaruhi faktor mikro dan makro,
mikro antara pemasok, perantara, pesaing dan masyarakat. Serta makro terkait
fiksi, sosbud, dan hokum.
Strategi pemasaran yang
dilakukan secara garis besar dilakukan dengan online dan offline. Online terus
promosi secara massif kepada target pasar potensial. Pemasaran dengan komunitas
dan relasi.
Strategi dengan offline
penetasi membuka stokis di kabupaten kota potensial di Indonesia. Strategi di
toko buku dengan aktif dan proaktif selling. Sarana promosi, banner akrilik
dll. Direct selling dengan sales pun dilakukan.
Setidaknya itulah yang
saya pahami dari paparan Bapak Agustinus Subardana dalam pertemuan pembahasan
Teknik Memasarkan Buku. Lau analisis dan keterkaitannya apa bagi kita sebagai
penulis dan pendidik? Ada beberapa hal yang perlu kita garis bawahi. Pertama
guru memiliki kesempatan besar dalam membuat buku untuk diterbitkan ke penerbit
buku-buku pendidikan seperti penerbit Andi Offset. Kedua, situasi pandemi
adalah peluang bagi guru untuk menghasilkan buku-buku pendidikan yang sesuai
dengan kondisi pembelajaran sekarang.
Adapun memasarkan buku,
sebagai penulis kita bisa mempercayakan kepada penerbit jika naskah lolos
terbit di penerbit mayor. Sedangkan jika menggunakan penerbitan indie, maka beberapa langkah yang
dilakukan penerbit mayor dalam memasarkan buku bisa kita tiru.
Sederhana saja,
misalnya menggunakan promo secara online, menggelar bedah buku dan launching
secara daring. Menggunakan kesempatan dalam seminar daring yang marak pada
kondisi sekarang ini sebagai wahana promosi.
Langkah berikutnya bisa
dengan menggunakan market place, maupun secara offline. Secara offline disini
dengan memasarkan buku kepada komunitas-komunitas kelompok guru dan komunitas
belajar. Menghadiahkan buku sebagai give away untuk rekanan guru yang memiliki
relasi cukup banyak akan menjadikan buku juga lebih mudah dipasarkan.
Kesimpulannya, buku
menjadi tumpuan dalam menjaga lestarinya kecerdasan bangsa. Dengan pandemic
buku bisa memiliki peluang lebih diserap masyarakat, meskipun tidak menutup
kemungkinan tren akan berubah. Memasarkan buku baik secara indie dapat ditempuh
secara offline dan online. Saya kira memasarkannya secara online akan lebih
mudah dan menjaring lebih banyak khalayak untuk saat pandemi.
…
Boleh traktir kopi di:
0 Komentar