Oleh
: Heri Setiyono
Siapa
guru yang tidak ingin menghasilkan buku karya sendiri? Ber-ISBN dan banyak
diminati. Sebagian besar pasti pengen banget, apalagi buku karya sendiri dan
ber-ISBN. Tentunya buku tersebut memiliki angka kredit besar bagi guru untuk
penunjang kenaikan pangkatnya.
Akan
tetapi, nyatanya masih jauh panggang dari api. Tidak sedikit guru yang bingung
mau memulainya darimana, menulis apa, menulisnya bagaimana. Padahal jika dipikir-pikir
setiap guru idealnya tidak asing dengan menulis, lho. Menulis di papan tulis
misalnya. Yah, meski seringnya dihapus lagi tidak menjadi suatu karya selain
noda debu maupun tinta. Parahnya kalau sudah penyakit malas menyerang,
mengembangkan diri jarang, ilmu pengetahuan menyusun riset lekang, keinginan
naik pangkat cuma di awang-awang. *Duh…Njuk piye?*
Tulisan
kali ini menyuguhkan sebuah trik sederhana yang dapat kawan semua lakukan untuk
menghasilkan buku dengan cepat. Caranya adalah….#Jreng…jreng…
“Membuat
resume dan mengubahnya menjadi buku.” Saya berseloroh dengan mata berbinar.
Kalian
pasti berpikir, “Ya ampun, intronya panjang-panjang cuma mau bilang menulis
resume.” Sambil garuk-garuk kepala atau malah mengelus dada.
Huhuhu.
Oke maaf. Sebenarnya trik ini mudah dan sudah barang tentu semua bisa
melakukannya. Hanya butuh ketekunan dan kemauan. Setiap guru pastilah selalu dalam
setahun setidaknya sekali mengikuti diklat, seminar maupun diskusi terpumpun,
entah yang dipromotori organisaasi profesi, kelompok kerja maupun apa saja. Bahkan,
guru bisa mendapatkan ilmu baru entah dari rapat pembinaan oleh kepala sekolah
maupun sharing dari rekan sejawat setiap minggunya.
Nah,
sangat mungkin jika rajin mengumpulkan pengetahuan yang didapat dari berbagai
aktivitas itu menjadi resume dan menggubahnya menjadi buku. Oke, saatnya saya
bilang, “Mau menerbitkan buku dengan
cepat, namun bingung mau menulis apa, menulis resume kuncinya.” Sambil
promosi kegiatan menulis bersama PGRI agar kedepan lebih banyak lagi
pesertanya. *Yuhu selalu ada jalan untuk promosi*
Resume
menjadi buku ini merupakan materi belajar menulis PGRI dengan narasumber Bu Aam
Nurhasanah. Saya sarikan menjadi artikel yang semoga bisa menambah wawasan akan
resume yang oke untuk menjadi buku nantinya.
Sebelum
membahas bagaimana Bu Aam dengan materi mengubah resume menjadi buku, sedikit
saya ceritakan mengenai resume. Resume berdasarkan KBBI adalah ikhtisar atau
ringkasan. Berbeda dengan meringkas pada umumnya, meresume dari paparan
narasumber menjadi artikel yang kemudian dijadikan postingan di blog di
pelatihan menulis bersama PGRI lebih kepada mengambil intisari, point penting kemudian meraciknya menjadi tulisan sendiri. Yang mana tulisan sendiri ini
bisa dibumbui dengan true story, pengalaman pribadi, anasir sumber lain yang
relevan, ataupun disampaikan dengan cara pandang pribadi. Tentunya segala bumbu
itu tidak mengubah inti dari paparan narasumber tetapi justru memperkaya rasa
karena disajikan dengan bahasa sendiri. Lebih keren lagi jika tulisan itu mampu nenjadi lebih "berat" dengan ditambah riset dan unsur pendukung seperti gambar dan infografis.
Berbicara
masalah rasa dari tulisan. Setiap orang pasti memiliki gaya sendiri, ada yang
runtut seperti notula lengkap dengan tanya jawabnya, ada yang ellipsis sana-sini,ada pula yang bernas lugas dan tendensi, bermacam-macam gaya lekat masing-masing individu. Gaya
itu memunculkan rasa jika dibaca. Memang sih masalah rasa ini kadang setiap penulis
dan pembaca memiliki selera masing-masing. Kalau saya lebih ke berusaha
menjalin ikatan ke kamu, iya….kamu…#ciyeee
Oke,
kembali ke inti. Bagaimana sih tehnik menyusun resume menjadi buku ala Bu Aam.
Berikut ini tujuh tehnik menulis resume menjadi buku:
- Mengumpulkan
resume dalam file word
- Menentukan
tema
- Membuat
Table of Content (TOC)/ Daftar Isi
- Memulai
mengembangkan TOC
- Review,
Revisi, dan Edit naskah
- Lengkapi
synopsis buku
- Kirim
ke penerbit
Kita
akan bicarakan lebih jauh mengenai menulis resume. Ada beberapa cara yang bisa
dilakukan agar memudahkan dalam menuliskannya. Tips ini mungkin sangat berguna
buat kita para pemula untuk belajar menulis. Cara pertama yang umum saya
lakukan adalah dengan menebar kalimat-kalimat pen-trigger ide. Kalimat ini bisa
berupa ujaran dari narasumber maupun ide pokok dari materi yang disampaikan. Setelah
kalimat itu ditulis mulailah menuliskan penjelasan-penjelasan dengan bahasa
sendiri. Terakhir tinggal bubuhi judul, intro dan ending yang memikat. Cara ini
efektif bagi saya saat ingin agar tulisan meengalir saja.
Cara
kedua dengan memetakan 5W+1H. Ini mirip sih seperti konsep menulis liputan berita,
tetapi kalau saya pribadi lebih diperdalam di How. Tujuannya agar pembaca menemukan
manfaat lebih untuk dipelajari dan syukur-syukur diaplikasikan. Lebih ribet dari
cara pertama karena agar mendapatkan konsep yang aku banget perlu dipetakan dengan mind mapping dahulu. Setelah
konsep jadi, lalu menuliskannya. Dimulai dengan dua menit menulis saja bebas. Lalu
mengeluarkan setiap poin dari what hingga how kedalam kalimat-kalimat yang
berkait. Hingga akhirnya menambahkan penjelas-penjelas pada setiap poin.
Dua
cara itu semoga menjadi sharing yang bermanfaat. Jujur saja saya meyakini bahwa
menulis adalah 10 persen bakat selebihnya 90 persen latihan. Dengan semakin
banyak latihan maka kita akan memiliki kompetensi menulis. Intinya jangan ambil
jalan menerabas dengan copast mentah-mentah artikel orang, apalagi plagiat. Karena menulis
adalah kenikmatan dan kehormatan intelektual.
Berbicara
masalah buku dari kumpulan resume, tidak masalah jika dibuat dalam bab ataupun
tanpa bab. Jika berniat lebih tertata, resume dikelompokkan sesuai tema maka
alangkah baiknya dibuat dalam bab. Namun, jika dirasa pembaca lebih banyak
membaca secara skimming mungkin menyusunnya tanpa bab lebih nyaman. Tentunya ini
berdasar konsep yang akan kamu bangun atas bukumu.
Mengenai
review, revisi dan editing bisa dilakukan secara mandiri maupun meminta kawan
yang lebih ahli. Hanya saja, saya perlu ingatkan disini bahwa jika kita
menerbitkan buku di penerbit indie nantinya, pastikan bahwa penerbit
menyediakan jasa editor atau tidak. Alih-alih buku kita dicetak dengan banyak
typo dan banyak kalimat tidak efektif, lebih baik rapi dan enak dibaca tanpa
mengurangi gaya penulisan kita.
Kesimpulannya,
agar cepat bisa menghasilkan buku penulis pemula (red. Guru) bisa memulai
dengan menulis resume. Resume yang dijadikan artikel lalu mengikuti tujuh
langkah yang diberikan oleh Bu Aam jika terkumpul dua puluh resume setidaknya
sudah laik naik cetak menjadi buku. Tetapi perlu diingat untuk melakukan
swasunting dan menghindari plagiasi. Kata pengantar dapat dimintakan kepada
pakar dengan permohonan yang beretika. Setidaknya itu dulu dari saya, koreksi saya jika ada salah. Keep
writing !
5 Komentar
Masyaalloh rapi nya pak
BalasHapusTerimakasih bu. Masih belum rapi betul sebenarnya.
Hapushttps://hernisbanah.blogspot.com/2021/01/akankah-karyaku-terbit-bagai-mentari.html
BalasHapusMonggo singgah diblog saya dan saya tunggu kritikannys
Mau komen apa, tidak ada yang perlu dikomentari.
BalasHapuslanjutkan pak, ditunggu karya-karya selanjutnya.
semangat berkarya, semangat menginspirasi
Terimaksih pak mif. Iya ini sedang butuh suntikan semangat.
Hapus