Oleh: Heri Setiyono
Kini semua
menjadi semakin suram. Hati dapat berubah-ubah seperti terbolak-balik oleh tangan
takdir, dalam setiap bolak dan balik-nya hati biasa menjadi gelap maupun
bertabur cahaya. Hitam dan Putih.
Kita memang tak pernah tahu apa yang dirindukan hati sampai luka menyayatnya
tanpa peri. Kita tak pernah menyadari hati selalu merasa kekurangan dan ingin
digenapi tanpa tahu kepingan apa yang dicari.
Segalanya terasa baik-baik saja. Dan ia percaya kini semua janggal.
Seratus
dua puluh orang- laki-laki dan perempuan dalam balutan pakaian adat yang tidak
usah ditanya lagi keanekaragaman warna dan bentuknya- berbaur dalam aula yang
panas-belum ada pendingin udara, sementara beberapa laki-laki dan perempuan
dengan alat musik band ala anak skaters, memainkan lagu-lagu Blink 182 tanpa
keharmonisan. Pensi- pentas seni pada masa pertengahan semester- digelar
serampangan bersamaan peringatan Hari Kartini yang sudah kadaluarsa. Semua
hiruk-pikuk dalam simfoni yang lebih berisik daripada dengungan lebah yang
terusik.
Pram
memasuki aula Grha Anggita pada saat yang paling ia benci. Setelah ekslusif
seminggu penuh menekuri laporan dan tugas kuliah mengharapkan liburan yang
sempurna. Baru ia injakkan kaki di terminal Soekarno-Hatta tadi pagi,
kawan-kawan semasa SMA menelepon dan memintanya juga hadir ke bekas SMA-nya.
Sekedar datang sebagai tamu undangan yang tidak resmi diundang dalam
Pensi-tepatnya sebagai alumni.
Pram tersenyum
kecut, menyesali mengiyakan ajakan kawan-kawan SMA-nya. Pada kehidupan sekarang
masa SMA-nya adalah sebuat plakat yang ingin dia buang jauh-jauh, tetapi plakat
itu selalu tergantung di dinding benak hidupnya. Dia yang dahulu dikenal sang
populis, biang kerok kenakalan sekaligus pemberontak terhadap keteraturan dan
keseragaman. Dengan aneh tanpa tanding selalu bisa menjadi yang terbaik
diantara semua murid terbaik yang taat. Bukan hal yang patut dikagetkan
sebenarnya jika Pram menjadi peringkat pertama ujian nasional se-Kota Bunga.
Tapi itu hanya masa yang ingin Pram
lupakan. Tak peduli dunia akan bilang apa.
***
Heri Setiyono, S.Pd
NPA PGRI 10094000266
1 Komentar
Wah, ditunggu cerita Pram selanjutnya
BalasHapus