Menjadi
Penulis Berkualitas
Oleh
: Heri Setiyono
Penulis berkualitas
tidak melulu soal bakat. Justru dari keterasahan seringnya berlatih mampu
menjadikan penulis handal. Lalu, Bisakah menjadi penulis yang berkualitas meski
masih awam menjajaki dunia tulis? Bisa, simak ulasan berikut ini.
Rabu, 6 Januari 2021
Pelatihan Brlajar Menulis PGRI diisi oleh Rita Wati, S.Kom, seorang penulis
multi talenta. Rita juga alumni dari Belajar Menulis tepatnya pada alumni gelombang sepuluh. Meski
sudah lama menekuni dunia tulis yakni sedari tahun 2001, Rita baru percaya diri
mempublikasikan karya-karyanya beberapa tahun lalu. Hebatnya hingga tulisan ini
di publish Rita telah menghasilkan cukup banyak buku solo, konten youtube,
antalogi dan berbagai tulisan di blognya.
Dengan tema Trik Jitu
Menulis untuk Pemula, Rita membagikan pengalaman dan tips nya seputar menulis
khususnya bagi penulis pemula. Hal utama yang penting diketahui oleh penulis
pemula menurut Rita adalah motivasi atau tujuan menulis. Banyak faktor memperngaruhi
motivasi menulis seseorang. Namun, menjadikan motivasi menulis sebagai arah
komitmen menulis adalah penting.
Tips agar penulis
pemula mampu menulis secara produktif adalah dengan menuangkan ide ke dalam
tulisan tanpa banyak mengedit terlebih dahulu. Tulisan yang tuntas akan menjadi
karya yang lebih mudah untuk diswaediting maupun diedit. Hal ini tentu juga
memberikan kelegaan dan semangat bahwa tulisan telah jadi sehingga semangat
menulis kian membara.
Seorang penulis yang
berkualitas meskipun pemula menurut Rita haruslah melatih diri setiap hari. Dimulai
dengan menulis beberapa kata setiap hari hingga meningkat kuantitasnya untuk
dapat disebut sebuah artikel. Umumnya artikel maupun cerita di media massa
berkisar 800 s.d 1000 kata. Hal ini terbilang cukup padat dibandingkan jumlah
kata dari seringnya kita menghabiskan kopi sembari mengobrolkan bebagai hal
saban harinya.
Penulis yang
berkualitas agar tulisannya enak dibaca juga harus memperhatikan kaidah
kebahasaan. Berdasarkan pengalaman Rita sebagai editor dan kurator antologi
terdapat beberapa kesalahan yang sering
dilakukan oleh penulis pemula. Kesalahan itu antara lain:
- 1.
Penggunaan huruf kapital yang tidak
tepat.
- 2.
Paragraf panjang-panjang.
- 3.
Kekeliruan penempatan tanda baca.
- 4.
Penggunaan kata baku.
- 5.
Penggunaan kalimat yang tidak efektif.
- 6.
Penggunaan istilah asing yang keliru
- 7.
Penggunaan kata depan di.
Pada
dasarnya seorang penulis memiliki kekhasan dalam gaya penulisannya. Gaya ini
akan terbentuk dari bacaan yang dikonsumsi dan seringnya latihan menulis. Namun,
tidak salah jika seorang penulis mengikuti gaya penulisan orang lain sebagai
bentuk belajar. (Mengikuti gaya lho ya bukan memplagiat: Red)
Untuk
menghasilkan buku terkadang penulis pemula menulis saja tanpa sebuah acuan
rambu –rambu kerangka. Padahal patokan ini penting agar selalu menuju fokus
yang dibangun. Dalam menulis buku menurut Rita alangkah baik dengan menggunakan
peta pikiran atau ragangan TOC sebagai panduan awal. Hal tersebut telah
dibuktikan Rita bahwa menulis dengan TOC membuatnya lebih mudah memfokuskan
bahasan dan mengalirkan ide.
Menulis
novel akan lebih mudah mengembangkan cerita dengan membuat deskripsi tokoh
secara detil. Menggunakanakan tokoh yang kuat karakternya akan menjadikan tulisan
tidak kering. Lihat saja bagaimana Budi Dharma penulis novel Orang-orang
Bloomington menuliskan cerita dengan tokoh-tokoh yang sangat khas, kuat dan
mengesankan.
Lain
halnya dengan menulis di blog. Menulis di blog berarti penulis berhadapan
dengan khalayak yang hanya memiliki tiga menit untuk memutuskan apakah akan
terus membaca atau meninggalkannya. Sehingga menulis di blog membuat pilihan
dalam menyusun kalimat harus mampu padat dan mengikat. Hal ini pun masih
menjadi kesulitan tersendiri bagi saya pribadi.
Menjadi
penulis berkualitas yang pada akhirnya menghasilkan buku, karya tulisan yang tidak
hanya baik tetapi juga membangun dan berdampak adalah utama. Pada tiitik
tertentu menjadi penulis berarti menghadapi diri sendiri untuk tetap produktif. Sebab seperti
sebuah pisau, keterampilan menulis semakin diasah akan semakin tajam. Sebaliknya
jika vacuum menulis maka akan menumpulkannya. Mengutip pernyataan dari Rita
Wati, “Menulislah setiap Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi, Saya sendiri sudah
membuktikannya.” Tabik
*Heri
Setiyono, Praktisi Pendidikan Tergabung dalam Belajar Menulis Gelombang 17
7 Komentar
Mantul pak heri, resume nya kalau saya sih oke.
BalasHapusTerimakasih pak. Ingin membuat resume yang bisa menjadi atikel pak tidak sekedar pengikat ingatan.
HapusYa keren resumenya bagus
BalasHapusterimakasih bu
HapusKereen pak
BalasHapusmantap ini mah, semangat literasi semangat menginspirasi
BalasHapussemangat, salam literasi pak
Hapus