Menang Lomba Nulis Tanpa Ribet
(Resume Talkshow)
Oleh : Heri Setiyono
Senang sekali bisa menulis cerita anak. Bagi sebagian besar
penulis genre penulisan cerita anak adalah yang paling sulit. Hal ini diakui
hampir semua orang. Bukan karena idenya tetapi karena menulis cerita anak harus
benar-benar sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Saya termasuk beruntung bisa mengikuti talkshow GPC mengenai
kepenulisan cerita anak. Kali ini talkshow yang secara gratis digelar para
pakar yang mungkin sudah sering kita dengar nama dan karyanya mengangkat tema “Menang
Lomba Nulis Tanpa Ribet.”
Tagline tema yang keren bukan? Narasumbernya juga tidak
kalah keren sebut saja; Kak Iwok Abqari,
Kak Ali Muakhir, Kak Wylvera Windayana, Kak Tria Ayu, Kak Triani Retno, Kak Dewie
Rieka, dan Kak Beby Haryani. Sederet nama penulis, blogger yang tidak asing
kan. Apalagi jika kalian pernah mengikuti lomba Festival Literasi Nasional
maupun lomba menulis cerita anak, para pakar itu sering muncul menjadi juri.
Acara yang sekaligus temu kangen para penulis bacaan anak
ini dimoderatori penulis dan juga blogger Kak Indah Julianty. Hebatnya peserta
yang terbatas hanya untuk 500 orang ini sampai ada peserta dari berbagai
mancanegara. Ada kawan dari Taiwan, Macau, bahkan Pakistan.
Paparan materi pertama disampaikan Kak Iwok. Bagi Kak Iwok
menulis sudah seperti mata pencaharian kedua. Tak heran jika sudah ada
seratusan judul buku yang sudah dihasilkan Kak Iwok. Kak Iwok juga memiliki
prestasi yang luar biasa sebagai penulis dan pemenang gerakan Literasi Nasional yang di
Selenggarakan Kemendikbud dan Balai Bahasa Jawa Barat. Tidak tanggung-tanggung
ia menang lima perlombaan dalam waktu yang sama di tahun 2019 lalu.
#Kebetulan atau evaluasi
Kak Iwok memaparkan dengan apik sehingga kami yang masih
pemula menulis, ataupun yang sudah terbiasa dan
yang muda-muda baru usia sekolah bisa memahami dengan mudah. Kak Iwok
memaparkan materi sebagaimana peserta lomba menyikapi diri menghadapi lomba.
Berbekal kegagalan pada lomba bacaan anak paud Kak Iwok melakukan evaluasi diri sehingga mampu berturut-turut menjadi juara
di tahun-tahun berikutnya. Beberapa poin penting disampaikan Kak Iwok antara lain di bawah ini. Simak ya.
Jangan Nawar aturan dan syarat lomba
Hampir di setiap lomba selalu ditemui peserta yang menawar
ketentuan lomba padahal panitia dan juri sudah jauh-jauh hari memikirkan dan mempertimbangkan masak-masak hasil
produk buku luarannya seperti apa. Ini tentunya menjadi suatu masalah karena
membuat juri bête.
Ya, memang selalu saja di kolom pengumuman lomba maupun di
chat kepada admin lomba, peserta yang bertanya boleh tidak kalau kertasnya
folio, saya adanya folio, boleh tidak kalau jumlah halamannya lebih dari tiga
padahal diketentuan sudah jelas-jelas tertulis. Hal ini memang menjadikan
kekesalan juga kepada admin yang sudah mencantumkan ketentuan secara jelas
tetapi masih banyak yang bertanya, dan jika tidak dijawab malah admin kena
semprot dibilang sombong. #busyet
"Minimal naskah siap bertanding di memenuhi syarat
administrasi,” Kata Iwok. Jadi perlu diingat ya kita harus tertib administrasi.
Patuhi segala ketentuan yang diberikan dari panitia tanpa di skip.
Pahami tema
Kak Iwok juga menceritakan bagaimana pengalamannya ketika
naskah cerita yang diikutkan lomba sudah matang dengan gambar ilustrasi pun
sudah apik namun gagal sebab tidak masuk dalam tema yang diminta panitia. Kegagalan
memahami tema lomba menjadi masalah juga.
Naskah bacaan untuk
anak paud tetapi justru cerita menceritakan anak-anak yang berkemah, secara
logika saja mana ada Ibu yang merelakan anak balita berkemah. Ketidak masukan
dengan target yang diminta panitia ini menjadi akibat gagalnya naskahnya. Padahal
justru yang diminta panitia dari tema adalah hal-hal yang cukup sederhana missal
yang berkaitan dengan anak paud yakni anak tidak mau mandi dan sebagainya.
Berkaca dari kegagalannya berbuah kepada kesuksesan
menjuarai Lomba Gerakan Literasi Nasional Kemendikbud. Kak Iwok juga menekankan
untuk penting mengetahui bagaimana selera juri. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengetahui ciri-ciri naskah juara tahun-tahun sebelumnya. Pada umumnya
juara-juara sebelumnya mengangkat kearifan local dan ini pun menjadi evaluasi
baginya untuk menjuarai lomba.
Finishing Naskah dengan Manajemen Waktu yang Cakep
Kebanyakan penulis selalu mengedepankan the power of
kepepet. Padahal, ini bahaya banget dalam menulis buku cerita anak yang
notabene butuh ilustrasi, kajian dan finishing touch. Untuk mengejar itu
dibutuhkan manajeman waktu yang baik. Apalagi bagi para penulis yang gaya
menulisnya tradisional, menunggu momen cling dan menulis mengalir tanpa
outline.
Mengenai lomba, bocoran dari Kak Iwok saat lomba datang
biasanya akan turun banyak sekali penulis. Dan dari penulis itu banyak
membutuhkan illustrator, karenanya jika satu illustrator mengerjakan tidak
hanya satu job saja dari satu penulis bisa dibayangkan bagaimana hal ini
menjadi masalah. Karenanya penting manajemen waktu bagi penulis bacaan anak.
*Ahh, tercerahkan sekali…semoga bisa mengikuti menjadi juara
GLN juga*
Materi berikutnya disajikan oleh Kak Wylvera Widayana. Penulis
yang sangat saya kagumi dan tidak disangka kemarin menjadi juara juga di momen
lomba yang saya ikuti.
Kak Wylvera juga seorang pimpinan redaksi Majalah Insani. Kesibukannya
selain menulis akhir-akhir ini sering diminta menjadi juri. Bagi kalian guru
maupun siswa yang pernah ikut festival literasi pasti tidak asing dengan nama
beliau.
Berbeda dengan Kak Iwok yang mengambil sudut pandang
peserta, Kak Wylvera mengambil sudut pandang sebagai juri. *Wah ini nih bocoran
agar naskah kita nyantol di juri dan menang lomba, simak*
Kak Wylvera menjelaskan trik dan tips menang lomba.
"Yang pertama, jika dalam satu perlombaan disajikan beberapa sub
lomba, maka sikat semua agar peluang menang lebih besar. Kedua, kerahkan semua
kemampuan menulis dan ketiga, cari selera juri." Ungkap Wylvera dengan bernas.
Setelah naskah jadi, endapkan dahulu sebelum mengirimkan. Hal ini juga ditekankan kak Iwok agar naskah yang dikirim adalah naskah yang siap tanding.
Sebagai juri, Kak Wilvera
menjelaskan, "juri akan melirik naskah yang punya sentuhan self editing."
“Jangan sampai gara-gara tidak sedap naskah menjadi tidak
dibaca seksama oleh juri,” kata Kak Wylvera.
Hal ini menjadi catatan sebab perlombaan biasanya menampung
hingga ratusan bahwan ribuan naskah. Naskah yang isinya sangat baik, namun ada
typo dan tidak rapi serta kurang sedap tata bahasanya bisa-bisa gagal hanya
kesalahan ini.
Memantapkan pemahaman dari paparan kedua narasumber Kak Ali
Muakhir sebagai pemateri ketiga juga menegaskan bahwa naskah finish itu
penting. Sebab sebagai juri biasanya yang dilakukannya adalah mengelompokkan
naskah berdasar kadarnya. Maka, naskah yang jadi yang menarik pastilah disisihkan
dahulu dari tumpukan.
Bagi Kak Ali Muakhir yang juga sering mengikuti perlombaan
selain sebagai juri juga sebagai peserta. Lomba baginya menjadi semacam
ukuran apakah tulisannya masih masuk dan
layak dengan kondisi sekarang dan masih layak atau tidak dihargai.
Bagi Kak Ale (sapaan bagi Kak Ali Muakhir), mengikuti lomba mestilah memahami temanya. “Saya mending tidak ikut lomba daripada tidak memahami tema yang diinginkan panitia seperti apa. Maka, pahami dulu lombanya."
Beberapa tip dari Kak Ale agar menang
lomba tanpa ribet yaitu,
- 1. Pahami dahulu lombanya
- 2. Cari referensi yang relevan dengan tema lomba.
- 3. Mencari sudut pandang yang berbeda
- 4. Buat list tema ide yang unik dan menarik
Kak Ale juga menambahkan bahwa sebagai bagian servis sebagai
penulis maka lengkapi naskah dengan data dan visual. Terpenting ikuti setiap
ketentuan, jangan sampai hanya karena soal kurang satu materai saja naskah disisihkan.
Menarik sekali bukan talkshow dari GPC mengenai menulis ini.
Talkshow ini juga terselenggara dengan dukungan Kalamata, Winner Class dan para
master Penulis Bacaan Anak. Saya bersyukur dan berterimakasih sekali sudah bergabung dalam forum penulis bacaan anak dan berjumpa kawan-kawan hebat. Selain itu sehari setelah acara saya dikabari mendapat doorprize dan entah mungkin menjadi hoki saya saat itu kalau hari itu juga saya dapat kiriman dua buku sekaligus untuk diresensi dari rekan saya yang juga guru.
Bagi kalian yang juga berniat untuk mengirim buku ke saya, saya sangat senang menerima. *Ngarep mode on*
8 Komentar
keren pak...
BalasHapussaya juga ingin bisa menulis cerita anak hasil karya sendiri karena kebetulan saya guru Anak-anak TK.
atau bapak mau kirim saya buku? boleh pak...(ngarep)hehe
Keren, mantap. Gabharus ribet
BalasHapusMantap, menginspirasi. Good job.
BalasHapusSaya kira semua butuh usaha...
BalasHapusAlhamdulillah menang dobel tuh Bu..menang ilmu dan hadiah. Semoga tetap semangat
BalasHapusKeren bun salut bisa banyak insprirasinya
BalasHapusMakasih pencerahannya, Bu. Pesan seperti ini perlu diperhatikan.
BalasHapus"Sebagai juri, Kak Wilvera menjelaskan bahwa juri akan melirik naskah yang punya sentuhan self editing."
Maturnuwun sanget pak de. Tulisan suami masih typo blm diediting, senang ada pak de jadi bisa belajar editing.
Hapus