Kuatkan
Mental! Karena Waktu Akan Menjawab Jerih Payah Usaha Menulismu
Oleh : Heri Setiyono
Dahulu saya sempat
memaksakan diri untuk hidup dari menulis. Memehuhi kebutuhan hidup terutama
makan hanya dari usaha sendiri yaitu menulis.
Sebuah langkah ekstreem
yang pernah saya lakukan ketika masih menjadi anak kos. Sebenarnya tujuan utama
saya saat itu agar lebih giat menulis, maka saya putuskan untuk tidak pulang ke
rumah meminta uang saku. Saat itu saya belum mengenal ATM, uang saku masih
bolak-balik dijemput dengan naik bis Jogja-Magelang.
Hal itu membuahkan
hasil. Tulisan opini saya masuk Koran dan lumayan honornya bisa untuk makan
seminggu. Sungguh madu setelah kepayahan karena pahit lesu kurang darah. Hal
itu berlanjut hingga saya menjadi staff di keredaksian jurnalistik media pers
kampus. Meskipun seperti menjilat ludah sendiri, karena saya pulang meminta
uang ke orang tua untuk bayar spp kuliah. Akan tetapi, setidaknya saya bisa
meringankan sedikit beban mereka. Lebihnya mental tertempa dan membuka jalan
lainnya.
Sayangnya, keberlangsungan
saya di pers kampus tidak lama. Saya tergiur dengan rutinitas lain yang lebih
profit. Hingga akhirnya saya terjebak di zona nyaman yang saya diperjuangkan yaitu
untuk kesejahteraan hidup yang lebih baik. Alhasil, saya vacuum, tidak menulis
sangat lama sekali.
*Fuhhah… sentimental
yah intronya.*
Sebenarnya, saya hanya
ingin menyampaikan resume pertemuan kulwap menulis bersama PGRI malam tadi
(Jumat, 22/01/2021) dengan gaya saya, tetapi bingung memulai dari mana. …Njuk piye?
Hahaha *ketawa di pojokan*
Materi pertemuan ke sembilan tadi malam cukup
asyik. “Mental Seorang penulis “ oleh Bu Ditta Widya Utami membuat saya asyik
masyuk terbawa flashback ke dalam memoar masa lalu saya.
Mengenal sosok Bu Ditta
kiranya menyadarkan saya bahwa kecintaan kepada dunia tulis beliau demikian
besar. Kegemaran menulis sedari kecil beliau yang lestari hingga sekarang
membuahkan karya dan juga apresiasi penghargaan. Bila kamu ingin mengenal Bu Ditta silahkan kunjungi blog beliau.
Mental penulis menurut
Bu Ditta adalah kemampuan untuk merespon, belajar dan berpikir dalam mengelola
tantangan dan masalah menjadi potensi. Berkaca dari penulis-penulis top dunia
seperti J.K Rowling dengan Harry Potter-nya, Stephen Gaardner dengan dunia
Sophie dan Andrea Hirata dengan Rainbow Troops-nya kesemuanya memiliki mental
yang luar biasa yang dapat kita ambil sebagai iktibar.
Beberapa poin penting
untuk kamu mengenal dan memiliki mental kuat seorang penulis saya sarikan, saya
padukan dengan endapan dari miselium otak saya dan semoga menjadi sajian
hidangan enak. (*jangan bayangkan otak berwarna ungu kelabu, keriput dan
berlendir seperti di film zombie ya,… iiyuhh*)
Berikut poin penting
Mental penulis
Siap
Konsisten
Bagi saya konsisten
sepaket dengan kata istiqomah. Tidak hanya bertahan namun juga meningkat.
Ingatlah pepatah bahwa orang yang beruntung adalah yang hari ini lebih baik
dari kemarin. Bu Ditta mengaris bawahi bahwa konsisten manjadi scaffolding utama bagi setiap orang untuk menjadi penulis
hebat. Dan nyatanya tidak semua orang mampu mempertahankan konsistensi.
Saya menganalogikan
kosistensi ini sebagai pola pikir penulis selayaknya pedagang angkringan. Jikalau
tidak jualan maka tidak ada untuk makan, jika penulis tidak menulis maka tidak
ada untuk makan. Yah, makan untuk jiwanya setidaknya.
Sejauh pengalaman saya
sendiri, saat dalam kondisi keuangan yang belum mapan justru menulis sesusah
apapun dilakukan dengan effort luar biasa dan pengorbanan energy dan waktu juga.
Mendapatkan buku dari menabung demi menunjang menulis pun dilakukan. Hingga menulis resensi buku hasil tabungan itu
agar mendapat honor dan balikan buku baru untuk diresensi.
Namun dalam kondisi
keuangan stabil, katakanlah menjadi guru sekarang ini. Justru menulis seperti gemintang
tak terjamah. Apalagi buku, membeli buku sebulan sekalipun rasanya jarang
padahal keuangan memungkinkan. Oh, nampaknya inilah cobaan sesungguhnya dari kegoyahan
konsistensi. Karenanya saya ingin menghidupkan kembali konsistensi dalam diri. Sebab
distraksi lebih sering menguji ketika kemapanan untuk menulis didapati.
Meminjam istilah dari
Om Jay, “menulislah setiap hari dan buktikan apa yang akan terjadi,” konsisten
menjadi kunci lahirnya tulisan yang ajaib. Lihatlah ketika J.K Rowling
menuliskan draft Harry Potter dalam kereta api. Rowling yang terhimpit
kehidupan yang hampir kehilangan segalanya kecuali menulis merefleksikan
dirinya dalam karakter Harry. Novel itu sebelumnya hanya dianggap remeh, tidak
ada satupun agensi dan penerbit yang mau mengorbitkan. Tetapi Rowling yang
konsisten menekuni menulis dan tidak mudah putus asa mampu mendobrak, menghadirkan
Harry Poter sebagai novel fiksi paling
laris sepanjang sejarah.
Siap
Dikritik
Apapun bisa kamu
lakukan dengan menulis itulah yang dikatakan penulis C.S Lewis penulis Fiksi
The Cronicle of Narnia. Karena itulah karyamu tidak akan luput dari kritik
sebab segala karya yang baik justru tidak akan mampu memuaskan semua orang tetapi
akan mampu membangun diskusi.
Kritik apapun itu yang
datang kepadamu sebagai penulis adalah feedback bahwa karyamu mereka baca. Karena
itulah patut kamu berbangga. Namun sebaik-baiknya karya adalah tulisan yang
membangun ya. Sebab tidak sedikit juga tulisan, buku dan postingan yang
bersifat click bait, menebar fitnah, menjatuhkan pihak tertentu atau buzzer hoax. #Eh.. Busyet.
Siap
Belajar
Well, belajar sepanjang
hayat jangan cuma jadi plakat yang nempel di dinding kantor dekat meja kerjamu. Belajar menulis
juga berlaku sepanjang hayat. Tidak ada penulis yang sempurna, saya yakin semua
juga manusia biasa. Karenanya selalu belajar, membuka cakrawala dengan buku,
bersahabat dengan Tesaurus, mengikuti diskursus-diskursus untuk selalu memberi energi
baru di otak.
Belajar ini juga tidak
mululu pada satu bidang penulisan saja. Yah, meski saya yakin juga tidak ada
orang yang ahli semua bidang tulisan. Tetapi tidak ada salahnya belajar menulis
opini, puisi, prosa, liputan, reportase, esay hingga level paling sulit dan
diakui hampir semua penulis yaitu menulis cerita anak. *wkwkwk…sumpah nulis
cerita anak itu ga semudah kalian kira*
Bicara mengenai belajar
ini juga jangan menunggu ispirasi, lakukan saja, menulis saja dengan berat atau
ringan. Ingat kata legend penulis, penerbit juga konsultan Dan Poynter ini “if you wait for inspiration to write you’re
not a writer, you’re a waiter.”
*Damn….*
Siap
Ditolak
Ditolak penerbit, media
massa cetak dan kalah lomba menulis adalah biasa. Barangkali mereka yang
karyanya diterima penerbit atau dimuat di media telah dahulu dan lebih lama
belajar dan berproses. Jangan patah semangat.
Namun jika karyamu diterima, dimuat atau
mendapat like share ribuan jangan pula terlalu meninggi. Jangan pernah merendah
untuk meroket, sebab hal ini menyebalkan bagi sebagian orang.
Siap
Mejadi Unik
Ada orang yang menulis
sebagai pengisi waktu luang. Ada yang sebagai pekerjaan. Adapula yang menulis
sebagai tuntutan atas profesi, misalnya menulis kajian penelitian sebagai prasyarat kenaikan pangkat.
Apakah salah? Tidak. Namun apakah sama? Tentu berbeda. Bagi yang berpikiran
menulis adalah pekerjaan maka akan berbeda sekali nuansa yang terbangun dalam
tulisan meskipun dari ketiganya menuliskan objek yang sama.
Menjadi unik berarti
menjadikan potensi diri sebagai kekuatan menulis. Lihatlah bagaimana Andrea
Hirata dengan kekentalan budaya dan keindahan diksi. Raditya Dika dengan humor receh
yang sangat dirindukan, Jostein Gaardner dengan sentuhan filsuf-nya. Bila kamu
belum mampu menjadi yang terbaik seperti mereka kita bisa menjadi unik untuk
mewarnai dunia menulis dengan warna baru yang berbeda.
Membangun mental
menulis juga berarti untuk memposisikan diri mencintai menulis. Menulis blog,
prosa dan opini berbeda dalam memposisikan kedudukan dan nuansa tulisnya. Kenalilah
dan jadilah unik.
Yes, itu dia beberapa
poin penting dalam menyiapkan mentalmu sebagai penulis hebat. Jangan lupa
tinggalkan jejak di komentar supaya saya bisa bertamu ke halaman kalian semua.
Semua konten di Blog
saya gratis, tetapi boleh dong traktir saya kopi supaya lebih semangat lagi.
Ciayoo…
16 Komentar
Semangat bu...
BalasHapusSemangat
HapusJadilah diri kita sendiri.. Jdilah yg unik.. Bismilah semangaaat
BalasHapusSemangat. Menjadi unik...
HapusWahh ... Beda ya kalo pernah jadi tim redaksi pers kampus mah. Hehe mantappp. Terlihat sudah banyak buku/bacaan yang dilahap dan tulisan yang dibuat. Terima kasih sudah berkenan membuat resume materi semalam 🙏🏻
BalasHapusMasyaallah ada Bu Ditta, terimakasih banyak sudah berkunjung bu. Semoga selalu berkah.
HapusMantaap pak heri... keren loh.. curhatnya kembalikan semangat nulis lg yaa..
BalasHapusInsyaallah bu. Dengan menulis bisa memperbaiki diri lagi jadi lebih hidup.
HapusInimah sudah pro playernya menulis...luar biasa kagum saya atas tulisannya pak...😁👍
BalasHapusMasih belajar pak, angin-anginan pula saya ini susah menjaga konsistensi
HapusKerennnn pak top ....silahkan main ke blog saya pak..trims
BalasHapusOke bu...
HapusTulisannya luar biasa gercep. Saya termasuk orang yang nulis masih gaya mood. Saya belum bisa menghilangkan kebiasaan baca novel. Mudah-mudahan dengan baca tulisan Bapak motipasi nulis saya kembali bergebu-gebu. Terimakasi.👍👍
BalasHapusYes. Terimakasih bu apresiasinya. Saya juga suka sekali membaca novel, dapat mood dari novel lalu menulis cerita enak lho bu.
HapusManaaaaap.....kang mas.
BalasHapusmatur tengkyu pak guru
Hapus