Kenangan, Kenyataan dan Harapan

 


 

Lebih Baik Kecil tapi Powerfull daripada Besar Tapi Unmanage


Yes, slogan itulah yang dari dulu semenjak dalam keorganisasian mahasiswa hingga kini di kehidupan nyata menjadi suatu propaganda. Tepatnya propaganda diri untuk mengaktualisasikan diri juga ide ke dalam aksi dan karya yang berdampak.

Dalam perjalanan hidup ini menjadi guru berarti juga memimpin. Dalam kepemimpinan itulah efektifitas dan efisiensi, serta managemen diri berperan sangat penting. Tidak mungkin suatu tujuan pendidikan dan pengajaran guru tercapai sesuai dengan yang direncanakan kalau tidak memperhatikan ketiganya. Sangat mungkin hal itu juga berlaku di bidang lain.

Dalam memimpin diri pun sedemikian, lebih baik melakukan usaha-usaha kecil, kegiatan-kegiatan kecil, aktivitas yang ringan tapi berdampak besar daripada berbuat segala macam pekerjaan besar tapi tidak terkontrol bahkan menimbulkan kerusakan entah pada diri maupun hubungan dengan sosial.

Suatu tim pun sedemikian, di sekolah misalnya, dengan guru yang sedikit dan pimpinan yang tepat akan lebih efektif daripada sekolah yang berguru banyak tapi membentuk “clik atau gang”. Seorang kepala sekolah hebat pun jika sudah guru-gurunya membentuk “gang” dan tidak guyup rukun (Bahasa Jawa), maka tidak mungkin sekolah akan terkelola dengan baik.

“Jadi kelolalah diri dengan baik. Tidak apa dengan obsesi kecil tetapi berdampak besar daripada obsesi besar tapi mengganggu kepentingan orang lain. Manage your self, treat your self as gold.” Kata suami di suatu sore dulu.

Suami memang orang yang getol menyemangati untuk terus maju. Saya masih mengenang bagaimana suami ikut membantu membangun mimpi saya untuk mendirikan sebuah sekolah luar biasa yang memang kebetulan di kecamatan kami belum ada sekolah tersebut. Padahal anak-anak berkebutuhan khusus terdata cukup banyak dan tidak mendapatkan layanan pendidikan.

Ah, kala itu kami hanya sebuah tim kecil terdiri dari enam mahasiswa fresh graduate yang haus akan mewujudkan idealisme pendidikan untuk semua. Kenangan ketika ditampik orang tua wali yang malu akan anaknya yang berkebutuhan khusus, kenangan mengenai berjibaku hujan dan angina demi membuat akta notaris hingga jadilah sekarang sebuah sekolah yang bisa kami banggakan dalam catatan sejarah hidup kami.

Oke, setiap peristiwa dalam bingkai waktu akan menjadi kenangan. Denting waktu tidak akan berputar kembali dan kita harus berusaha menjadikan setiap denting detiknya memiliki makna. Terkadang memang yang kita rencanakan dalam waktu kita terasa sudah sempurna. Akan tetapi, seiring berjalan waktu kita menyadari ada kenyataan bahwa kita masih tetap harus dinamis menghadapi hari. Sebab segala harapan terkadang hanya akan menggantung di angan-angan jika tidak dinamis dalam menyesuakan diri dengan realisme hidup.

Tulisan ini adalah memoar akan masa yang telah lalu mengenai refleksi diri. Akan semua pahit getir, manis asam asin dan semua rasa yang pernah ada dan rekan-rekan yang datang dan pergi. Semoga dimanapun kalian berada selalu dalam lindungan Allah dan keberkahan menyertai kalian.

#KamisMenulis #Inspirasi #Acupoftea


7 Komentar